Ditambah Sirekap, Simulasi Pemungutan Suara KPU Belum Maksimal
|
Indramayu, Badan Pengawas Pemilihan Umum – Anggota Bawaslu Kabupaten Indramayu, Supriadi, memberikan beberapa catatan hasil pengawasan Simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara serta Penggunaan Aplikasi SIREKAP di TPS yang dilaksanakan oleh KPU Indramayu, Sabtu (21/11/2020).
Supriadi menilai Simulasi yang dilaksanakan di TPS 8 Desa Singaraja Kecamatan Indramayu ini masih belum maksimal.
“Simulasi ini seharusnya menggambarkan pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara yang sebenarnya di hari H,” tegasnya.
Dari hasil Pengawasan simulasi yang dilaksanakan oleh jajaran Panwaslu Kecamatan Indramayu ini, Supriadi memberikan beberapa catatan, yakni kurang maksimalnya teknis pemungutan dan penghitungan suara serta penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 di TPS.
Tentang teknis, kata Supriadi, diantaranya surat suara tidak dihitung terlebih dahulu pada saat awal kotak suara dibuka, perlengkapan logistik kurang lengkap, petugas KPPS Nomor 3 tidak dibekali DPT untuk akurasi data pemilih, ditemukannya ketidak sesuaian jumlah antara daftar hadir pemilih dengan C Pemberitahuan, kesalahan penulisan rekap hasil C plano serta ditemukannya kendala penerapan aplikasi Sirekap, dimana hasil foto yang berisi angka tidak bisa dibaca akurat, sebagai contoh angka 7 (tujuh) terbaca menjadi angka 4 (empat) oleh sistem.
Sementara tentang penerapan protokol kesehatan, Supriadi menilai protokol kesehatan tidak serius diterapkan pada simulasi. Pengawas TPS menemukan, Petugas Pamsung yang bertugas memeriksa suhu tubuh pemilih meninggalkan tempat tanpa ada petugas pengganti, sehingga pemilih masuk TPS tanpa melalui pemeriksaan.
Kekurangan logistik akhirnya menyebabkan pemilih yang diisolasi mandiri tidak diberikan sarung tangan oleh petugas KPPS. Secara menyeluruh, Pemilih hanya diberikan satu sarung tangan, tidak satu pasang. Bahkan pada saat-saat akhir, pemilih tidak memakai sarung tangan sama sekali karena kehabisan.
Terkait jaga jarak, masih ditemukan tumpukan antrian, tidak ada jarak antrian pemilih di depan pintu masuk TPS dan Petugas KPPS yang mendampingi pemilih yang bersuhu tinggi juga tidak menggunakan baju hazmat.
Selanjutnya, untuk memastikan TPS hygienis, Supriadi menilai seharusnya penyemprotan di area TPS dilakukan secara berkala. Dalam simulasi, penyemprotan dilakukan jika ada teguran dari pengawas TPS saja.
“Selain penerapan protokol kesehatan, kami menekankan agar teknis pemungutan dan penghitungan suara lebih dipersiapkan secara matang, karena dalam simulasi ini masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan teknis,” ujarnya.